Dark

Cara Menghitung Bagi Hasil Usaha Kuliner

 Bagi hasil usaha kuliner adalah sistem pembagian keuntungan antara pemilik usaha dan mitra bisnis, seperti investor atau partner operasional. Model ini sering digunakan dalam industri kuliner karena memberikan fleksibilitas dalam permodalan tanpa harus mengambil pinjaman. Sistem ini juga memungkinkan keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya, baik berdasarkan pendapatan maupun laba bersih.



Jenis-Jenis Skema Bagi Hasil

Ada beberapa skema bagi hasil dalam usaha kuliner, antara lain:

1. Revenue Sharing (Pembagian Berdasarkan Pendapatan)

Revenue sharing adalah pembagian keuntungan berdasarkan total pendapatan sebelum dikurangi biaya operasional. Skema ini biasanya diterapkan dalam franchise kuliner atau kemitraan bisnis.

Contoh: Jika omzet restoran dalam satu bulan adalah Rp100 juta dan bagi hasil ditetapkan 60:40, maka pemilik usaha mendapat Rp60 juta, sedangkan mitra mendapatkan Rp40 juta.

2. Profit Sharing (Pembagian Berdasarkan Laba Bersih)

Profit sharing membagi keuntungan setelah dikurangi seluruh biaya operasional, termasuk bahan baku, sewa tempat, gaji karyawan, dan biaya lainnya.

Contoh: Jika omzet Rp100 juta, biaya operasional Rp50 juta, maka laba bersihnya Rp50 juta. Dengan skema bagi hasil 50:50, pemilik usaha dan mitra masing-masing mendapat Rp25 juta.

3. Equity-Based Sharing (Pembagian Berdasarkan Kepemilikan Saham)

Pada model ini, mitra bisnis atau investor mendapatkan kepemilikan saham dalam bisnis. Keuntungan yang diperoleh tergantung pada persentase saham yang dimiliki. Skema ini cocok untuk usaha kuliner yang membutuhkan investasi besar dan berencana berkembang dalam jangka panjang.

Cara Menghitung Bagi Hasil dengan Contoh Nyata

Berikut contoh perhitungan bagi hasil usaha kuliner berdasarkan dua model utama:

  • Revenue Sharing: Omzet Rp100 juta, pemilik usaha mendapat 60%, mitra 40%, sehingga masing-masing mendapat Rp60 juta dan Rp40 juta.

  • Profit Sharing: Dari omzet Rp100 juta, setelah dikurangi biaya operasional Rp50 juta, laba bersih Rp50 juta. Jika pembagian 50:50, masing-masing pihak mendapat Rp25 juta.

Dari contoh di atas, terlihat bahwa revenue sharing lebih menguntungkan bagi investor karena keuntungan dihitung dari omzet, sedangkan profit sharing lebih adil karena mempertimbangkan pengeluaran operasional.

Keuntungan dan Risiko Sistem Bagi Hasil



Keuntungan Bagi Hasil

  1. Mengurangi Beban Keuangan Pemilik Usaha – Pemilik usaha tidak perlu menanggung seluruh biaya sendiri.

  2. Meningkatkan Pertumbuhan Usaha – Dengan modal tambahan, bisnis bisa lebih cepat berkembang.

  3. Membantu Manajemen Risiko – Jika usaha mengalami kerugian, risiko juga dibagi dengan mitra.

Risiko Bagi Hasil

  1. Keuntungan Bisa Lebih Kecil – Karena harus dibagi dengan mitra, laba yang diperoleh pemilik usaha lebih rendah dibandingkan jika dikelola sendiri.

  2. Potensi Konflik dengan Mitra – Jika tidak ada kesepakatan yang jelas, bisa terjadi perbedaan visi dalam pengelolaan usaha.

  3. Perhitungan yang Kompleks – Tanpa sistem yang transparan, bisa terjadi kesalahpahaman terkait pembagian keuntungan.

Tips Memilih Skema Bagi Hasil yang Tepat

  1. Sesuaikan dengan Model Bisnis – Jika bisnis masih dalam tahap awal dan membutuhkan modal besar, equity-based sharing bisa menjadi pilihan terbaik.

  2. Gunakan Perhitungan yang Transparan – Pastikan semua biaya operasional dicatat dengan baik agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

  3. Buat Perjanjian Resmi – Dokumen hukum yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak sangat penting untuk menghindari perselisihan di masa depan.

  4. Gunakan Software Pembukuan Digital – Dengan sistem digital, perhitungan bagi hasil lebih mudah dan akurat.

Untuk panduan lebih lanjut tentang sistem pembagian keuntungan dalam bisnis kuliner, Anda bisa membaca artikel lengkapnya di bagi hasil usaha kuliner.

Tags :
Berbagi :